Ketidaksepahaman orangtua dan anak kerap terjadi. Akhirnya, pertengkaran
tidak bisa dihindari.
Fayanisa
Dwityarani, M.Psi, Psikolog permasalahan remaja dari Kassandra & Associate
Jakarta, menyarankan agar para orangtua menghindari kata-kata yang menyalahkan.
Fokuslah
pada apa yang ingin Anda sampaikan. Berikut beberapa bahasa yang sebaiknya
tidak Anda gunakan saat bertengkar.
Hindari
menggunakan kata 'selalu' atau 'kebiasaan'. Misalnya,
"Kamu selalu saja membuat orang menunggu terlalu lama."
Jangan
membandingkan satu anak dengan lainnya. Misalnya,
"Kakak kamu bisa nilai rapornya selalu bagus, kenapa kamu tidak bisa
seperti dia sih?"
Ketika
bertengkar, sebaiknya Anda tidak menggunakan pengalaman Anda sebagai tolok ukur. Hindari
kata-kata, "Zaman dulu Mama nggak pernah naik mobil ke sekolah..."
atau "Ketika Mama seumur kamu...."
Hindari juga
perkataan diktator seperti, "Ya karena mama bilang tidak
boleh ya tidak boleh, titik!" (ins)
Bukan rahasia lagi, orangtua harus memperhatikan cara mereka berkomunikasi
dengan anak-anak mereka. Apa yang kita katakan — dan cara kita mengatakannya —
adalah masalah penting. Cara komunikasi orangtua akan memberi dampak pada
hubungan orangtua-anak dalam jangka panjang.
Kalimat sederhana yang keluar dari mulut orangtua saat sedang frustrasi dapat berdampak besar.
"Kata-kata bisa menyakitkan dan tidak bisa ditarik ulang, jadi berhati-hatilah," ujar Debbie Pincus, seorang terapis, pembimbing orangtua dan penulis "The Calm Parent: AM & PM".
"Kita manusia. Kehidupan kita gila-gilaan dan kadang kita tidak memberikan waktu beristirahat dan berpikir kepada diri sendiri," ujar Pincus. “Hanya berhati-hatilah dan bertanggung jawab, dengan siapa pun kita berbicara."
Kalimat sederhana yang keluar dari mulut orangtua saat sedang frustrasi dapat berdampak besar.
"Kata-kata bisa menyakitkan dan tidak bisa ditarik ulang, jadi berhati-hatilah," ujar Debbie Pincus, seorang terapis, pembimbing orangtua dan penulis "The Calm Parent: AM & PM".
"Kita manusia. Kehidupan kita gila-gilaan dan kadang kita tidak memberikan waktu beristirahat dan berpikir kepada diri sendiri," ujar Pincus. “Hanya berhati-hatilah dan bertanggung jawab, dengan siapa pun kita berbicara."
Berikut ini lima hal yang tidak boleh diucapkan orangtua kepada anak mereka.
1.
"Aku tidak peduli."
Anak kecil senang bercerita tentang segala sesuatu. Tentang pembicaraan
mereka dengan teman-temannya, bentuk awan yang mereka rasa mirip dengan ular
laut, alasan mereka menekan seluruh isi pasta gigi ke dalam bak mandi.
Tetapi terkadang orangtua tidak ingin mendengarkan mereka. Jangan pernah
mengatakan Anda tidak peduli dengan cerita mereka. Itu akan membuat anak-anak
merasa tidak penting dan menghilangkan rasa percaya.
2.
“Kamu kan sudah besar”
Putri Anda berusia 7 tahun tapi masih bertingkah selayaknya anak umur 3.
Jangan pernah menyalahkan tingkahnya sembari mengatakan “Kamu kan sudah besar!”
Ini akan membuat anak-anak merasa dikritik padahal mereka bisa saja sedang
punya masalah dan butuh bantuan untuk menyelesaikannya.
SARAN: “Ketika Anda hendak bereaksi, ambillah jeda waktu sebentar,” kata Pincus. Pikirkan matang-matang dampak perkataan Anda, jadi bukan asal reaksi spontan. Jeda membantu menurunkan adrenalin sehingga otak bisa berpikir tanpa emosi.
SARAN: “Ketika Anda hendak bereaksi, ambillah jeda waktu sebentar,” kata Pincus. Pikirkan matang-matang dampak perkataan Anda, jadi bukan asal reaksi spontan. Jeda membantu menurunkan adrenalin sehingga otak bisa berpikir tanpa emosi.
3.
"Minta maaf!"
Anak Anda merebut mainan temannya dan membuatnya menangis. Anda langsung
memerintahkan sang anak untuk meminta maaf atas tindakannya. Anda memang
bermaksud mulia, tetapi memaksa anak untuk meminta maaf tidak mengajari mereka
kemampuan sosial, kata Bill Corbett, penulis buku dan pendidik.
Anak kecil tidak dapat langsung mengerti kenapa mereka harus meminta maaf. Bila selalu disuruh, mereka bisa saja makin lambat memahami alasan meminta maaf bila telah melakukan tindakan buruk
SARAN: Minta maaflah kepada anak kecil yang dibuat menangis oleh anak Anda, sehingga pada saat bersamaan Anda memberi dia contoh bagus kelakuan yang ingin ditanamkan.
Anak kecil tidak dapat langsung mengerti kenapa mereka harus meminta maaf. Bila selalu disuruh, mereka bisa saja makin lambat memahami alasan meminta maaf bila telah melakukan tindakan buruk
SARAN: Minta maaflah kepada anak kecil yang dibuat menangis oleh anak Anda, sehingga pada saat bersamaan Anda memberi dia contoh bagus kelakuan yang ingin ditanamkan.
4.
"Masak nggak bisa juga?"
Anda mengajari anak menangkap bola lima kali berturut-turut, dan dia belum
mahir juga. Atau, ketika belajar soal matematika, dia tak kunjug paham. Anda
pun langsung bertanya “Masak nggak bisa juga?” Komentar ini akan menjatuhkan
mental mereka.
Sebab, sebagaimana dikatakan pakar pembelajaran Jill Laurean, anak-anak
akan menangkap pertanyaan itu dengan berbeda. Mereka akan mengira Anda bertanya
“Kenapa nggak bisa juga? Apa yang salah dengan kamu sehingga nggak bisa?”
SARAN: Ambil waktu istirahat. Jika Anda sudah tidak tahu cara lain mengajari anak
mengenai sesuatu, berhentilah. Lanjutkan pelajaran ketika Anda sudah siap untuk
mencobanya lagi, mungkin setelah mencari pendekatan lain untuk mengajar apa pun
yang sedang dipelajari anakmu.
5. "Ditinggal
ya!"
Anak Anda menolak
meninggalkan toko mainan atau taman, sementara Anda telat janjian. Jadi Anda
memberikan ultimatum untuk menakut-nakuti dia: "Ditinggal ya!" Untuk
anak yang masih kecil, ketakutan ditinggalkan orangtua adalah sesuatu yang
sangat nyata. Tapi apa yang terjadi saat ancaman tidak berhasil? Anak dengan
cepat belajar kalau ayah atau ibu memberikan ancaman kosong. SARAN: Jangan bilang kepada anak bahwa Anda akan meninggalkan mereka. Sebaiknya, bikin rencana perjalanan (dari toko mainan ke tempat selanjutnya) sebelum berangkat dari rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar